Wednesday, October 17, 2012

Kanjeng Ratu Kidul

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebuT bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda
Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta
Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?

Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.

Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan "makhluk-makhluk halus" tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena "diambil" oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

Kisah Prabu Kertanegara

Jepang, Jerman, Israel, Cina, Inggris, Amerika dan India punya dasar yang kuat untuk menjadi negara yang besar. Saya melihat bahwa diperlukan tidak hanya sekedar kerja keras untuk menjadi bangsa yang hebat. Kita perlu sebuah landasan psikologis rasa yang membuat kita merasa kita ini hebat. Pede gitu loch!

Saya melihat (yah…. ngintip melulu nih orang!) bahwa bangsa bangsa yang saya sebut di atas itu memang punya alasan untuk menjadi sebesar sekarang. Sejak dulu dalam sejarah pun mereka punya sesuatu yang bisa mereka banggakan. Paling tidak, bagi mereka sendiri. Itu mengapa mereka pede dengan pendirian mereka. Tidak minder dan kerja kerasnya fokus untuk membesarkan bangsa mereka.

Tentu saja tidak semua bangsa besar harus punya landasan psikologis seperti ini. Karna sebenarnya landasan psikologis kaya gini bisa diciptakan dengan propaganda terus menerus. Misalnya Malaysia dengan the real Asia nya…. kok jadi Malaysia… simak dulu yang berikut, ntar ngeh sendiri.

Israel
Mereka yakin seyakin yakinnya bahwa mereka paling pintar, bahwa mereka adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan sendiri. Landasan psikologis ini menjadikan mereka kokoh dan solid. Walau dulu pernah menjadi bangsa buangan juga, saat menjadi bangsa budak di jaman perbudakan Mesir. Kisah ini bisa dibaca di Alkitab atau mau gampang tonton saja Prince of Egypt atau Mummy.

China

Bangsa Cina adalah bangsa yang sangat tua. Paling menyebar luas di seluruh dunia. Mereka bahkan menyebut diri mereka Cungkuo, bangsa yang berada di pusat peradaban. Mereka adalah bangsa yang sanggup membangun monumen yang bahkan bisa dilihat dari bulan. Melalui dinasti Mongol, bahkan sempat menguasai 3/4 dunia. Bahkan bangsa Eropa saat ini berhutang pada China. Kalau tidak ada kolonialisme/imprealisme Mongol, sekarang mungkin Eropa sudah menjadi Islam semua. Islamisasi Eropa gagal karena serangan Mongol.

India
Negri ini penuh dewa dewi. Salah satu pusat perdaban juga. Bahkan tak kurang 2 agama besar lahir disini. Pengaruh Budaya India bisa dirasakan bahkan sampai sekarang pada kebudayaan kebudayaan disekitarnya. Tibet, Nepal, Asia Tenggara. Eh, iya…. Jayakarta sebagai kata dasar membentuk Jakarta sekarang juga berasal dari bahasa Sansekerta. Di Indonesia, sampai sebutan sebutan dalam dunia militer dan kepolisian banyak yang diadopsi dari bahasa Sansekerta. Misalnya Bhayangkari dan sebagainya.

Jepang
Mereka yakin, mereka keturunan dewa Matahari. Dewa paling besar dalam agama Sinto. Sehingga mereka bisa propaganda di perang dunia kedua sebagai cahaya Asia, pemimpin Asia, saudara tua dan lain sebagainya. Jepang tidak pernah minder dengan kondisi alamnya yang sebenarnya minus. Mereka membuktikan kepada dunia bahwa bangsa keturunan langsung dari dewa Matahari bisa mantab posisinya di peradaban dunia.

Inggris
Mereka punya raja. Mereka masih menjadi negara dengan koloni yang masih berlanjut sampai sekarang. Sebut saja Australia yang belum merdeka sepenuhnya. Atau bahkan Malaysia yang masih dikontrak Inggris. Bisa jadi Inggris adalah penjajah paling berhasil di muka bumi ini.

Amerika Serikat
Mereka adalah bangsa yang pertama kali nginjak bulan. Pernah merasa menjadi Polisi Dunia. Mata uang paling banyak dipakai, walaupun sudah mulai digerogoti Euro. Tetap saja, Amerika Serikat adalah bangsa yang besar. Kalau bicara soal barat, mustahil tidak bicara tentang Amerika Serikat.

Jerman
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Jerman pernah merasa sebagai ras paling mulia di muka bumi ini. Saya sudah baca buku Hitler Main Karmf. Benar benar sebuah hiper nasionalisme yang sangat tinggi. Banyak pihak usaha Hitler untuk memusnakan bangsa Israel adalah karena Hitler takut pada kebesaran bangsa Israel. Namun dalam buku tulisannya itu, saya melihat kejijikan luar biasa Hitler pada bangsa Israel yang waktu itu banyak berprofesi sebagai reintenir dan pers di Jerman.

Indonesia
Lalu apa yang kita miliki? Mungkin pertanyaan ini timbul? Gayus? Negara terkorup? Perdagangan wanita paling besar. Bencana paling makan korban di jaman modern. Hanya sebatas batik? tempe?

Kalau pertanyaan itu muncul di benak anda, dugaan saya benar, bangsa ini sudah terlalu lama minder dengan kondisinya. Tapi itu kan usaha untuk get real?

Saya curiga cerita saya berikut ini sangat sedikit yang menyadari. Ah, palingan seperti propaganda Orde Baru tentang kebesaran kerajaan kerajaan nusantara! Semakin besar kecurigaan negatif anda, semakin yakin saya yakin kita memang sedang di posisi minder mindernya.

Tahukah anda, sekali Mongol/Cina dalam usaha menguasai dunianya dipermalukan orang dari Jawa? Tahukah anda mungkin itu satu satunya kegagalan Mongol dalam setiap invasinya ke negara negara di sekitarnya? Benarkah cerita ini bisa dipertanggung jawabkan? Karna jaman itu belum ada TV, baik Metro atau TV One, yah apa boleh buat, kita hanya bisa mendasarkan opini dari teks teks sejarah.

Nah, ceritanya begini:

Raden Wijaya, Orang Jawa Yang Mengkadali Tentra Kubilai Khan


Prabu Kertanegara punya cita cita yang persis seperti Gajah Mada, menyatukan Nusantara. Pada saat niat mulianya tersebut ingin dilaksanakan, datang utusan dari Mongol/Cina yang minta Jawa tahluk pada Chung Kuo. Prabu Kertanegara pitam. Utusan Cina itu, si Meng Qi bahkan dirusak wajahnya (potong kuping) dan disuruh menghadap kaizarnya…. “bilang sama rajamu, Singosari tak sudi dijajah Cina!”

Keberanian Kertanegara bukan sembarangan. Dia ketakutan sebenarnya. Bayangkan, Mongol yang sudah menguasai 3/4 dunia. Apalah artinya Jawa yang bisa dikatakan negri selalu becek ini. Oleh karenanya Kertanegara melakukan ekspansi kekuatan ke seluruh nusantara. Khususnya menggalang kekuatan politik di sebelah barat nusantara, ke Melayu, menghabiskan sisa sisa Sriwijaya, Campa dan sebagainya. Gerakan ini dikenal dengan ekspedisi PaMalayu.

Saking getolnya Prabu Kertanegara melakukan ekspedisi Pa Malayu, dia sampai lupa ada penghianat licik keturunan bangsawan asli dari Kediri, yaitu Jayakatwang. Asal tahu saja, nenek moyang Kertanegara bukan bangsawan. Tapi preman pasar bernama Ken Arok yang berhasil merebut kekuasaaan dari nenek moyang Jayakatwang. Dendam lama ini rupanya tak putus. Jayakatwang memberontak saat tentera Singosari banyak dikirim ke Swarnadwipa - sebutan Sumatera saat itu.

Jayakatwang sukses menobatkan Kertanegara menjadi raja terakhir Singosari. Namun Jayakatwang juga sedikit oon sih…. Dia tidak membabat habis keluarga Kertanegara. Ada menantu Kertanegara yang asli keturunan Ken Arok yang bernama Raden Wijaya yang cuman dibuang ke tanah tarik gersang yang cuman bisa ditanami buah Maja. Dia juga membiarkan ke 4 putri Kertanegara masih bernapas.

Nah…. diam diam, Raden Wijaya dendam. Dia menyusun kekuatan tentaranya sendiri.

Sialnya… Jayakatawang lengah akan kekuasaan barunya. Dari cuman seorang raja bawahan di Kediri, dia sekarang adalah raja diraja Singosari yang sudah berdaulat di hampir separoh Nusantara.

Tak dinyana…. Tentra Mongol datang lagi. Tujuannya ingin menggantung raja Jawa. Pokoknya raja Jawa. Mereka sama sekali tidak tahu sudah terjadi suksesi politik di Jawa. Bukan lagi Kertanegara yang berkuasa. Tapi Jayakatwang. Mereka tidak tahu bukan Jayakatwang yang motong kuping si Meng Qi. Pokoknya gantung raja Jawa. Dengan begitu Jawa tahluk ke Chung Kuo.

Tentu saja Jawa bukan tandingan Mongol. Apalagi kemudian Raden Wijaya yang berani dan cerdik luar biasa merasa ada peluang untuk menjaga kedaulatan Jawa dari raja lemah seperti Jayakatwang.

Raden Wijaya membonceng tentra Mongol yang mencari raja Jawa. Dalam sekejab, pertempuran tak bisa dihindari, dengan hasil yang jelas…. Jawa kalah telak dari Mongol.

Mongol membawa Jayakatwang ke Laut Jawa. Disana raja malang itu digantung. Tentra Mongol kesenangan. Memang tak ada istilah gagal dalam invasi Mongol. Kemanapun mereka masuk, mereka pasti menang. Pokoknya tentara Mongol dimabuk kemenangan. Pesta, mabuk, memperkosa seperti biasa dimana-mana. Bonyok deh wanita wanita Jawa pada waktu itu…

Disaat Raden Wijaya melihat tentara Mongol ini sudah masuk ke fase mabuk kemenangan tak tertolongkan. Dia masuk menyerang dengan kekuatan penuh untuk menghancurkan tentara yang mau menjajah Jawa ini.

Dengan kekuatan yang sebenarnya tak seberapa. Tapi dimenangkan penguasaan wilayah, otak pemimpin yang tak ada duanya. Musuh yang sedang terbuai. Mampuslah tentera tentera Mongol itu. Sekali Lagi Nusantara diselamatkan dari kekuasaan Asing.

Ini kekalahan Mongol paling memalukan sepanjang sejarah.

Raden Wijaya kemudian memproklamasikan Majapahit sebagai kerajaan baru yang berasal langsung dari Singosari. Sebagai upaya pengamanan, Raden Wijaya lantas mengawini ke 4 putri Kertanegara. Kebetulan Kertanegara tidak punya putra. Maka, dialah satu satunya saat itu yang paling berhak menduduki tahtah Jawa.

Asal Usul Sejarah Ha Na Ca Ra Ka

Huruf Jawa atau aksara jawa adalah salah satu peninggalan bersejarah dari nenek moyang kita yang wajib kita jaga dan pelajari, sebagai salah satu situs peninggalan sejarah huruf jawa juga mempunyai sejarah dilahirkannya huruf jawa di bawah ini adalah sejarah dan arti huruf aksara jawa yang dikisahkan oleh ajisaka silahkan baca :

Dikisahkan ada seorang pemuda tampan yang sakti mandraguna, yaitu Ajisaka. Ajisaka tinggal di pulau Majethi bersama dua orang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora dan Sembada. Kedua abdi ini sama-sama setia dan sakti. Satu saat Ajisaka ingin pergi meninggalkan pulau Majethi. Dia menunjuk Dora untuk menemaninya mengembara. Sedangkan Sembada, disuruh tetap tinggal di pulau Majethi. Ajisaka menitipkan pusaka andalannya untuk dijaga oleh Sembada. Dia berpesan supaya jangan menyerahkan pusaka itu kepada siapa pun, kecuali pada Ajisaka sendiri.
Lain kisah, di pulau Jawa ada sebuah kerajaan yang sangat makmur sejahtera yaitu kerajaan Medhangkamulan. Rakyatnya hidup sejahtera. Kerajaan Medhangkamulan dipimpin oleh seorang raja arif bijaksana bernama Dewatacengkar. Prabu Dewatacengkar sangat cinta terhadap rakyatnya.
Pada suatu hari ki juru masak kerajaan Medhangkamulan yang bertugas membuat makanan untuk prabu Dewatacengkar mengalami kecelakaan saat memasak. Salah satu jarinya terkena pisau hingga putus dan masuk ke dalam masakannya tanpa dia ketahui. Disantaplah makanan itu oleh Dewatacengkar. Dia merasakan rasa yang enak pada masakan itu. Dia bertanya daging apakah itu. Ki juru masak baru sadar bahwa dagingnya disantap Dewatacengkar dan menjawab bahwa itu adalah daging manusia. Dewatacengkar ketagihan dan berpesan supaya memasakkan hidangan daging manusia setiap hari. Dia meminta sang patih kerajaan supaya mengorbankan rakyatnya setiap hari untuk dimakan.

Oleh karena terus menerus makan daging manusia, sifat Dewatacengkar berubah 180 derajat. Dia berubah menjadi raja yang kejam lagi bengis. Daging yang disantapnya sekarang adalah daging rakyatnya. Rakyatnya pun sekarang hidup dalam ketakutan. Tak satupun rakyat berani melawannya, begitu juga sang patih kerajaan.


Saat itu juga Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkamulan. Mereka heran dengan keadaan yang sepi dan menyeramkan. Dari seorang rakyat, beliau mendapat cerita kalau raja Medhangkamulan gemar makan daging manusia. Ajisaka menyusun siasat. Dia menemui sang patih untuk diserahkan kepada Dewatacengkar agar dijadikan santapan. Awalnya sang patih tidak setuju dan kasihan. Tetapi Ajisaka bersikeras dan akhirnya diizinkan.


Dewatacengkar keheranan karena ada seorang pemuda tampan dan bersih ingin menyerahkan diri. Ajisaka mengatakan bahwa dia mau dijadikan santapan asalkan dia diberikan tanah seluas ikat kepalanya dan yang mengukur tanah itu harus Dewatacengkar. Sang prabu menyetujuinya. Kemudian mulailah Dewatacengkar mengukur tanah. Saat digunakan untuk mengukur, tiba-tiba ikat kepala Dewatacengkar meluas tak terhingga. Kain itu berubah menjadi keras dan tebal seperti lempengan besi dan terus meluas sehingga mendorong Dewatacengkar. Dewatacengkar terus terdorong hingga jurang pantai laut selatan. Dia terlempar ke laut dan seketika berubah menjadi seekor buaya putih. Ajisaka kemudian dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan.


Setelah penobatan, Ajisaka mengutus Dora pergi ke pulau Majethi untuk mengambil pusaka andalannya. Kemudian pergilah Dora ke pulau Majethi. Sesampai di pulau Majethi, Dora menemui Sembada untuk mengambil pusaka. Sembada teringat akan pesan Ajisaka saat meninggalkan pulau Majethi untuk tidak menyerahkan pusaka tersebut kepada siapa pun kecuali kepada Ajisaka. Dora yang juga berpegang teguh pada perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka memaksa supaya pusaka itu diserahkan. Kedua abdi setia tersebut beradu mulut bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Dan akhirnya mereka berdua bertempur. Pada awalnya mereka berdua hati-hati dalam menyerang karena bertarung melawan temannya sendiri. Tetapi pada akhirnya benar-benar terjadi pertumpahan darah. Sampai pada titik akhir yaitu kedua abdi tersebut tewas dalam pertarungan karena sama-sama sakti.


Berita tewasnya Dora dan Sembada terdengar sampai Ajisaka. Dia sangat menyesal atas kesalahannya yang membuat dua punggawanya meninggal dalam pertarungan. Dia mengenang kisah kedua punggawanya lewat deret aksara. Berikut tulisan dan artinya:

Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro ( ada dua orang )
Da Ta Sa Wa La = podho kerengan ( mereka berdua berkelahi )
Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone ( sama kuatnya )
Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone ( maka dari itu jadilah bangkai semuanya / mati dua-duanya karena sama kuatnya)

KEPITING RAKSASA

Kepiting yang masuk dalam jenis Tasmanian King Crab dan dinamakan Claude ini ditemukan di wilayah Australia, dalam sebuah display untuk dipajang di restoran bersama 2 ekor lainnya yang juga amat besar.

Untungnya seorang pekerja akuarium Inggris menemukan Claude, dan menyelamatkan para kepiting raksasa tersebut dengan membeli mereka seharga 3000 poundsterling atau sekitar Rp 42 juta, hingga kini mereka menjadi penghuni Sea Life Park di Weymouth, Inggris.

Berat kepiting ini adalah 6,8 kg dan lebarnya mencapai 38 cm. Dan ia masih bisa tumbuh lebih besar lagi hingga berukuran 2 kali lipat saat ditemukan.

Rob Hicks, kepala ahli biologi laut Sea Life, mengatakan seperti dilansir The Sun:

“Mereka adalah makhluk mengesankan dan kami berpikir bahwa mereka layak untuk kami selamatkan, dan mereka telah terbang setengah jalan berkeliling dunia hingga mereka dapat berkembang dalam tampilan akuarium ini”, ujarnya.

Walaupun harus menyesuaikan diri setelah melakukan perjalanan panjang, para kepiting ini nampak sehat dan bisa beradaptasi dari lingkungan mereka sebelumnya di Australia.

Monday, October 15, 2012

Misteri Ka'bah sebagai Pusat Bumi


Istilah Ka’bah adalah bahasa Al-Quran dari kata “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6dalam Al-Quran menjelaskan istilah itu dengan “Ka’bain” yang berarti ‘dua mata kaki’ dan ayat 5/95-96 mengandung istilah "ka’bah" yang artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub putaran utara bumi.

Misteri Batu Hajar Aswad yang Menggegerkan NASA

Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.

Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?"

Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’Bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda : “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.”

Makkah Pusat Bumi

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.

Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978)

Gambar-gambar satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah saina di Barat.

Makkah atau Greenwich? Mengapa Makkah disebut Ummul Qura?

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Mengapa Makkah disebut dalam Al Quran dengan istilah "Ummul Quro" (ibu atau induk dari kota-kota)? Mengapa juga, Allah swt menyebut daerah lain selain Makkah dengan kalimat "maa haulahaa" (negeri-negeri sekelilingnya)?

Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut: "Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya." (asy-Syura: 7)

Bila ditilik secara bahasa saja, kata Umm yang artinya ibu adalah sosok yang menjadi sumber keturunan. Maka bila Makkah disebut sebagai Ummul Qura, artinya Makkah adalah sumber dari semua negeri lain.

Pertanyaan dan kajian seperti ini, sedikit sedikit kini mulai terjawab melalui berbagai penemuan ilmiyah. Sesungguhnya, tahapan eksperimen tentang hal ini, sudah dipublikasikan di tahun 1978, melalui keterangan Dr. Husain yang kala itu menjadi Kepala Bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh, Saudi Arabiya. Hasil studi itu kemudian diterbitkan pula di berbagai majalah sains di Barat. Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah), terbukti bahwa Makkah adalah adalah pusat bumi.

Lalu, tahun 2009, hasil penemuan ilmiyah itu kembali dipublikasikan dalam sebuah konferensi ilmiyah bertajuk "Makkah sebagai Pusat Bumi: Teori dan Praktik." Konferensi yang digelar di Dhoha, Qatar itu memperkuat hasil penemuan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Konferensi itu lalu menelurkan rekomendasi yang berisi ajakan agar umat Islam mengganti acuan waktu dunia yang selama ini merujuk pada Greenwich, menjadi Makkah.

Banyak argumentasi ilmiah membuktikan wilayah nol bujur sangkar melalui kota Makkah dan tidak melewati Greenwich di Inggris. Makkah berada di titik lintang yang persis lurus dengan titik magnetik di Kutub Utara. Kondisi ini tak dimiliki oleh kota-kota lain, bahkan Greenwich yang ditetapkan sebagai meridian nol.


Konon, Greenwich Mean Time (GMT) dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Dan jika penemuan ilmiyah bahwa Makkah sebagai pusat bumi diterapkan, mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade lalu tentang rujukan waktu dunia.
Makkah adalah Pusat dari Lapisan-Lapisan Langit

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, "Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan." (ar-Rahman:33)

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.

Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi).

Tuesday, October 2, 2012

Kisah Bonnie dan Clyde


Bonnie Elizabeth Parker (lahir di RowenaTexas, Amerika Serikat1 Oktober 1910 – meninggal di Bienville ParishLouisianaAmerika Serikat23 Mei 1934 pada umur 23 tahun) dan Clyde Champion Barrow (lahir di Ellis CountyTexasAmerika Serikat24 Maret 1909 – meninggal di Bienville ParishLouisianaAmerika Serikat23 Mei 1934 pada umur 25 tahun), terkenal sebagai Bonnie dan Clyde (bahasa InggrisBonnie and Clyde) adalah perampok dan kriminal terkenal yang beraksi di Amerika Serikat pada masa Depresi Besar. Bersama dengan gengnya, mereka merampok sejumlah banktoko, dan SPBU. Geng ini dipercaya telah membunuh sedikitnya 9 orang polisi, sebelum akhirnya mereka ditembak mati di Louisiana, pada jalanan yang telah diblokir.
Geng tersebut telah menarik perhatian banyak publik di AS, dari kalangan awam hingga pers, pada masa musuh publik antara tahun1931-1934.
Meskipun pada masa itu khayalak percaya jika Parker adalah anggota penuh di Geng Barrow, sehingga ia juga penjahatnya, perannya dalam kejahatan Geng Barrow sudah lama menjadi sumber kontroversi. Anggota geng itu, W.D. Jones dan Ralph Fults bersaksi bahwa mereka tak pernah melihat Bonnie menembakkan senapan, dan menjelaskan perannya hanya bersifat logistik.